INDOPOLITIKA – Pernyataan mengejutkan datang dari Komisaris Taman Safari Indonesia, Tony Sumampau, yang mengakui bahwa para pemain sirkus anak binaan Oriental Circus Indonesia (OCI) tidak pernah menerima gaji sejak tahun 1970-an.

Menurut Tony, anak-anak tersebut hanya diberi uang saku mingguan serta difasilitasi kebutuhan hidup lainnya.

“Memang tidak digaji. Dulu kami juga waktu kecil nggak terima gaji. Namanya juga anak-anak,” kata Tony saat berbicara kepada awak media di kawasan Melawai, Jakarta Selatan, dilansir Jumat, (18/4/2025).

Tony menegaskan bahwa pihaknya menganggap para pemain sirkus anak sebagai bagian dari keluarga besar OCI. Ia menunjukkan dokumentasi kehidupan masa kecil mereka: mulai dari bermain di pantai, merayakan ulang tahun bersama, hingga menikah.

“Mereka sehat, dapat pakaian lengkap, belanja mingguan, dan hadiah saat hari raya,” klaimnya.

Namun, di balik narasi kekeluargaan itu, muncul cerita kelam yang dibawa oleh para mantan pemain sirkus OCI yang kini telah beranjak dewasa.

Korban Bersuara: Cerita Pahit di Balik Sorotan Lampu Sirkus

Sekitar delapan orang perwakilan mantan pemain sirkus kebanyakan perempuan paruh baya baru-baru ini menyambangi Kementerian Hukum dan HAM untuk menyampaikan dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang mereka alami selama menjadi bagian dari OCI.

Mereka diterima langsung oleh Wakil Menteri HAM, Mugiyanto, dan beberapa direktur jenderal kementerian.

Dalam pertemuan tersebut, mereka mengungkapkan berbagai bentuk kekerasan yang dialami: pemukulan, penyetruman, dipaksa tampil meski sakit, hingga tindakan ekstrem seperti dipaksa makan kotoran hewan.

Mereka juga mengaku tidak diberi upah, tidak disekolahkan, bahkan tak mengetahui identitas asli mereka karena dipisahkan dari orang tua sejak usia dini.

Sebuah kronologi yang disusun oleh pendamping korban mengungkap bahwa lebih dari 60 anak berusia 2–4 tahun diduga diambil dari orang tuanya dan kemudian dilatih menjadi pemain sirkus sejak usia 4–6 tahun. Mereka diduga dipaksa bekerja di bawah tekanan keras tanpa akses pendidikan dan hak dasar lainnya.

Tony Sumampau: “Pemukulan Biasa Ada, Tapi Itu Pendisiplinan”

Merespons tuduhan yang mengarah ke OCI dan keluarga pendirinya, Tony membantah telah terjadi eksploitasi. Ia menyebut bahwa tindakan fisik yang dilakukan saat itu merupakan bentuk pendisiplinan yang dianggap lazim.

“Kalau pemukulan dengan rotan itu memang ada, tapi itu pendisiplinan. Biasa aja zaman dulu,” ujarnya.

Namun, temuan Komnas HAM pada tahun 1997 sempat menyatakan bahwa memang terdapat sejumlah pelanggaran HAM terhadap anak-anak pemain sirkus OCI. Kasus ini pun kembali mencuat setelah para korban berani angkat suara dan menuntut keadilan puluhan tahun setelah peristiwa itu terjadi.

Kini publik menanti apakah pernyataan nostalgia kekeluargaan bisa menutupi luka lama yang perlahan terbuka. Apakah benar mereka dibesarkan penuh kasih atau dibentuk dalam diamnya eksploitasi?(Chk)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com