INDOPOLITIKA – Pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 kemungkinan mengalami kemajuan baru setelah seorang ilmuwan mengklaim telah menemukan lokasi pesawat yang hilang 11 tahun lalu dalam penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing.
Dr. Vincent Lyne, mantan peneliti dari Universitas Tasmania, mengungkapkan bahwa ia telah mengidentifikasi apa yang diduga sebagai puing-puing Malaysia Airlines MH370. Temuan ini berupa satu piksel kuning yang muncul sebagai “anomali” dalam model medan global untuk lautan.
Kawah Bawah Laut: Titik Potensial Lokasi MH370
Data batimetri GEBCO—pemetaan digital dasar laut—yang dianalisis oleh Dr. Vincent Lyne menunjukkan adanya titik kuning pada koordinat Lintang 33.02°S dan Bujur 100.27°E. Lokasi ini sejajar dengan garis bujur ujung barat daya Bandara Penang.
Dr. Lyne menyebut kesejajaran ini sebagai Lubang Dalam Bujur Penang, yakni sebuah kawah sedalam 19.685 kaki yang terletak di ujung timur Broken Ridge, wilayah terjal dan berbahaya di Samudra Hindia.
“Tersembunyi jauh di lautan luas, tepat di pertemuan Broken Ridge dan Zona Retakan Diamantina, muncul satu piksel terang—menunjukkan kemungkinan lokasi reruntuhan dengan tingkat akurasi yang belum pernah ada sebelumnya,” jelas Dr. Lyne, dikutip dari Mirror.
Pada kedalaman 5.750 meter, titik piksel tersebut muncul sebagai anomali ekstrem yang diduga sebagai lokasi potensial jatuhnya Malaysia Airlines MH370. Namun, ketidakkonsistenan dalam data sonar dan altimeter satelit yang dikombinasikan menimbulkan ketidakpastian mengenai lokasi pasti, meskipun anomali tersebut tetap dianggap signifikan.
Peneliti yang telah pensiun itu juga menduga bahwa lubang laut dalam yang disorotinya “tidak sesuai dengan karakteristik alami dasar laut.” Ia meyakini bahwa hal ini memperkuat teorinya bahwa hilangnya MH370 adalah bagian dari rencana yang telah dirancang dengan cermat oleh seseorang yang sengaja menjatuhkan pesawat ke dalam lubang tersebut.
Sebelumnya, Dr. Lyne berpendapat bahwa hilangnya MH370 bukanlah kecelakaan, melainkan akibat tindakan yang disengaja oleh pilot, Kapten Zaharie Ahmad Shah.
Upaya Pencarian Baru
Pesawat Boeing 777 itu menghilang di atas Samudra Hindia bagian selatan dengan 239 orang di dalamnya, sekitar 40 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia, pada Maret 2014.
Insiden ini menjadi salah satu misteri penerbangan paling banyak diperbincangkan, terutama karena berbagai operasi pencarian multinasional yang telah dilakukan belum memberikan hasil yang pasti, meskipun biaya pencarian telah mencapai ratusan juta dolar.
Pada Desember 2024, pemerintah Malaysia secara prinsip menyetujui kelanjutan pencarian pesawat yang hilang tersebut.
Kesepakatan senilai £56 juta telah dialokasikan kepada Ocean Infinity, sebuah perusahaan eksplorasi laut yang berbasis di Amerika Serikat, untuk membantu dalam upaya pencarian baru ini. (Rzm)
Tinggalkan Balasan