INDOPOLITIKA – Sebuah insiden penembakan massal terjadi di pusat pendidikan di Swedia pada Selasa (4/2/2025).  

Polisi melaporkan bahwa sedikitnya 10 orang kehilangan nyawa dalam peristiwa tragis penembakan massal tersebut.  

Kejadian ini berlangsung sekitar pukul 12.33 waktu setempat di Kota Orebro, sekitar 200 kilometer di barat Stockholm.  

Insiden penembakan massal tersebut disebut-sebut sebagai salah satu yang paling buruk dalam sejarah Swedia.  

Perdana Menteri Ulf Kristersson bahkan mengutuknya sebagai “tindakan kekerasan yang mengerikan.”  

Berdasarkan laporan AFP pada Rabu (5/2/2025), serangan terjadi di Sekolah Risbergska, sebuah institusi yang diperuntukkan bagi orang dewasa yang belum menyelesaikan pendidikan formal atau tidak memenuhi syarat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.  

Sekolah ini terletak dalam kompleks yang juga mencakup lembaga pendidikan bagi anak-anak.  

Banyak siswa di sekolah tersebut adalah imigran yang berusaha meningkatkan pendidikan mereka dan memperoleh kualifikasi demi mendapatkan pekerjaan di Swedia.  

Mereka juga mengikuti pelajaran bahasa Swedia sebagai bagian dari kurikulum mereka.  

Menurut laporan stasiun televisi lokal SVT, pelaku penembakan diduga merupakan pria berusia 35 tahun yang juga ditemukan tewas di lokasi kejadian.  

“Masih terlalu dini untuk mengungkap lebih banyak detail mengenai pelaku,” ujar Kepala Polisi setempat, Roberto Eid Forest, dalam konferensi pers yang dikutip The Guardian pada Rabu.  

Ia menambahkan bahwa operasi kepolisian masih berlangsung, sehingga kemungkinan besar akan ada informasi tambahan dalam waktu dekat.  

Dalam konferensi pers tersebut, polisi juga mengungkapkan bahwa penyelidikan telah dimulai terkait dugaan percobaan pembunuhan, pembakaran, dan pelanggaran senjata berat.  

Mereka meyakini bahwa pelaku bertindak sendirian dan sejauh ini tidak menemukan indikasi bahwa aksi tersebut bermotif terorisme, meskipun investigasi masih berjalan. 

“Kami memiliki area kejadian yang luas, dan penyelidikan terus dilakukan, termasuk analisis profil pelaku serta wawancara saksi,” lanjut Forest.  

Sementara itu, seorang pria bernama Ali Elmokad terlihat di luar Rumah Sakit Universitas Orebro, berusaha mencari kabar tentang kerabatnya yang mungkin menjadi korban.  

Ia mengaku belum mengetahui apakah temannya termasuk di antara korban yang terluka atau meninggal dunia.  

“Kami sudah mencoba menghubunginya sepanjang hari, tetapi belum berhasil,” ujarnya. 

Ia juga menyampaikan bahwa seorang temannya yang berada di sekolah tersebut menyaksikan kejadian mengerikan itu.  

“Apa yang dia lihat sangat mengerikan. Dia melihat orang-orang tergeletak, terluka, dan darah di mana-mana,” tambahnya.   

Swedia telah mengalami peningkatan kasus penembakan dan serangan bom dalam beberapa tahun terakhir, menjadikannya negara dengan tingkat kekerasan senjata tertinggi di Uni Eropa. Meski demikian, serangan di lingkungan sekolah tetap merupakan kejadian langka.   

Sebelumnya, Dewan Nasional Swedia untuk Pencegahan Kejahatan mencatat bahwa antara 2010 dan 2022, ada tujuh insiden kekerasan mematikan di sekolah yang mengakibatkan 10 korban jiwa.   

Swedia memiliki tingkat kepemilikan senjata yang cukup tinggi dibandingkan standar Eropa, terutama untuk keperluan berburu, meskipun jumlahnya masih jauh lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat.   

Berdasarkan laporan RT, pemerintah daerah setempat mengonfirmasi bahwa jumlah korban yang dirawat di rumah sakit terus bertambah.   

Lima orang mengalami luka tembak, dengan empat di antaranya menjalani operasi, termasuk satu orang dalam kondisi kritis. (Rzm)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com