INDOPOLITIKA.COM – Tragedi perang sarung dua kelompok pemuda di Pandeglang berakhir tragis bagi Erwin (17). Remaja tersebut meregang nyawa setelah menjadi korban perang sarung.

Erwin adalah remaja asal  warga Kampung Kadu Cina, Desa Gunungsari, Kecamatan Mandalwangi, Kabupaten Pandeglang. Korban masih duduk di bangku kelas III SMA 8 Mengger.

Informasi yang dihimpun, perang sarung sendiri terjadi antara dua kelompok, yakni pemuda Kampung Kadu Cina dengan kelompok Kamlung Balai Gede pada, Jumat (15/4/2022), jelang sahur.

Saat kejadian, kelompok Balai Gede terdesak dan berlari dari kejaran Kampung Kadu Cina ke sebuah masjid yang mana pada masjid itu ada Erwin yang tengah tadarusan.

Awalnya Erwin hendak melerai perang sarung itu, namun Erwin justru menjadi korban dan dianiaya oleh kedua kelompok itu. Erwin meregang nyawa setelah dikeroyok dengan menggunakan sarung yang diikat dengan benda-benda keras hingga korban mengalami luka serius di bagian belakang kepala.

Tadarusan di Masjid 

Bibi korban, Nurlaelis Syailendra (45) mengatakan, Erwin yang masih duduk di bangku sekolah itu mengalami luka berat di bagian kepala hingga mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Sari Asih Serang, bahkan sempat harus dilakukan operasi di Jakarta.

Namun karena tak memilki biaya, akhirnya korban dibawa kembali ke rumahnya. Akhirnya, korban perang sarung itu meninggal di kediamannya, Minggu (17/4/2022), sekitar pulul 17.42 WIB.

“Di Kampung aku ada kejadian main samping-sampingan (perang sarung), nah sarungnya itu diisi batu. Karena anak-anak Kadu Cina terdesak lari ke Masjid, di Majsid direrai oleh Erwin, eh, malah Erwin yang dipukuli menggunakan sarung yang berisi batu hingga jatuh pingsan,” kata Lilis saat dihubungi via WhatsApp (WA), Senin (18/4/2022), seperti dikutip dari poskota.

Ia menjelaskan, akibat dipukuli itu Erwin mengalami luka-luka serius di bagian kepala dan akhirnya pihak keluarga membawa korban ke RSUD Berlah Pandelang. Di RSUD Berkah itulah telah diketahui, korban mengalami pendarahan otak.

“Terus kemarin (Sabtu) dilarikan ke RSUD Berkah Pandeglang, telah didiagnosis mengalami pendarahan otak. Akhirnya harus dirujuk ke RS Sari Asih Serang serta harus dirujuk lagi ke Tangerang karena harus dioperasi,” katanya menjelaskan secara detail.

Akibat tak memiliki biaya untuk melakukan operasi di RS Tangerang, pihak keluarga telah membawa korban pulang ke rumahnya. Namun pas sampai di rumah, pria yang diketahui siswa kelas III SMA 8 Mengger ini telah menghembuskan nafas terakhirnya jelang buka puasa.

“Karena terkendala biaya (harus mengeluarkan biaya Rp50 juta), akhirnya tadi siang (Minggu) dibawa pulang, dan tadi jelang magrib meninggal dunia. Erwin ini juga anak yatim, maka dari itu saya minta aparat kepolisian segera menindak tegas para pelakunya,” imbuhnya.

Atas kejadian itu, ia juga meminta pihak aparat kepolisian segera melakukan pencegahan dan melakukan tindakan tegas, supaya kejadian itu tak terjadi kembali serta menimbulkan korban kembali.

“Ini kan bahaya, tindakan kriminal anak-anak. Biar ada efek jera juga dan orang tuanya supaya mengawasi kegiatan anak-anak. Inikan bahaya, maka dari itu harus ada upaya tindakan tegas dari pihak kepolisian,” harapnnya.

Dalam waktu dekat, pihak keluarga juga bakal melaporkan kejadian tersebut.

“Hasil visumnya sudah ada, pihak keluarga mau laporan,” tandasnya.

Kapolres Pandeglang AKBP Belny Warlanyah mengatakan, Polsek Mandalawangi berkoordinasi dengan Kepala Desa, para tokoh hingga Forkopimda Kecamatan Mandalawangi untuk mengantisipsi tindakan ini terulang kembali.

“Kami akan fokus untuk segera dapat menangkap pelakunya dan memproses pidananya hingga putusan pengadilan,” tandasnya. [Red]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com