Protes hilangnya Khashoggi di depan Kedubes Arab Saudi di Washington DC. (Foto: AFP).

Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan negaranya sedang menyelidiki wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi menghilang. Meski demikian, Negeri Paman Sam tidak akan mengesampingkan kesepakatan senjata yang menguntungkan Riyadh.

Pengumuman ini disampaikan Trump karena kekhawatiran akan ditutupnya bukti yang melibatkan pangeran sekaligus putra mahkota, Mohammed bin Salman.

"Kami sangat tangguh, memiliki simpatisan di sana dan bekerja sama dengan Turki. Sejujurnya kami juga bekerja dengan Arab Saudi. Kami ingin mencari tahu apa yang terjadi," ucap Trump dilansir dari The Guardian, Jumat 12 Oktober 2018.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Heather Nauert mengatakan pemerintahnya telah menawarkan bantuan penyelidikan ke Turki. Namun, Ankara hingga kini menolak bantuan AS.

"Pemerintah AS telah menawarkan dukungannya kepada pemerintah Turki untuk memberikan bantuan penegakkan hukum kepada Pemerintah Turki," tukasnya.

Nauert mengatakan tidak bisa mengomentari adanya penyidik AS di lapangan. 

Arab Saudi adalah salah satu pembeli senjata terbesar di dunia, dengan sebagian besar pembelian mereka berasal dari Amerika Serikat.

Khashoggi yang saat ini menjadi kontributor di The Washington Post, lenyap lebih dari seminggu yang lalu selama kunjungan ke konsulat Arab Saudi di Istanbul. Sumber pemerintah Turki mengatakan dia dibunuh di sana. Namun, klaim ini ditolak oleh Riyadh.

Trump menegaskan bahwa ia memang menuntut jawaban atas apa yang terjadi pada Khashoggi. Namun, ia tak bisa bisa mengorbankan pekerjaan dan pendapatan yang didapat dari kesepakatan senjata.

"Itu tidak akan bisa diterima," kata Trump di Ruang Oval. "Mereka menghabiskan USD110 miliar (Rp1.672 triliun) untuk peralatan militer dan untuk hal-hal yang menciptakan lapangan kerja," pungkasnya.

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com