Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Foto: AFP)

Washington: Presiden Donald Trump menaikkan dua kali lipat tarif Amerika Serikat terhadap produk besi dan aluminium Turki. Penaikan dilakukan di tengah merosotnya nilai mata uang lira Turki.

Dalam sebuah tulisan di Twitter, Trump mengatakan lira lemah terhadap "dolar kita yang sangat kuat." Ia menambahkan bahwa "hubungan AS dengan Turki sedang tidak baik saat ini."

Sementara itu dalam sebuah pidato, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menilai jatuhnya lira merupakan bagian dari "kampanye" yang dipimpin kekuatan Barat. Ia juga menegaskan akan membalas langkah penaikan tarif AS.

"AS harus tahu bahwa hasil dari sanksi dan tekanan semacam ini akan merusak hubungan kita sebagai sekutu," ujar Kementerian Luar Negeri Turki, seperti dikutip dari BBC, Jumat 10 Agustus 2018.

Dua anggota NATO ini kerap berselisih paham mengenai beragam isu — mulai dari memerangi kelompok militan Islamic State (ISIS), rencana membeli sistem pertahanan misil Rusia dan mengenai percobaan kudeta di Turki pada 2016.

Belum lama ini, Trump menjatuhkan sanksi kepada beberapa pejabat Turki atas penahanan pendeta AS yang menghadapi dakwaan teror dan aktivitas mata-mata.

Dalam 24 jam terakhir, lira kehilangan sekitar 20 persen dari nilainya. Nilai lira sudah jatuh lebih dari 40 persen tahun lalu.

Muncul di televisi nasional, Erdogan meminta warganya menukarkan mata uang asing dan emas ke lira. Ia menyebut kondisi saat ini sebagai "perang ekonomi."

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com