Uni Eropa menilai Capres Jokowi pantas menjadi pemimpin Indonesia dan bisa bekerja sama dengan Uni Eropa.

Hal itu terungkap dalam diskusi publik yang diadakan KBRI di Brusel bekerja sama dengan “Friends of Europe” yang membahas kebijaksanaan Pemerintah Indonesia dalam menghadapi pemerintahan baru, “Policy Insight Indonesia Goes to the Pools: Prospects and Pitfall”, Senin malam (28/4).

Dalam diskusi interaktif yang diikuti sekitar 150 peserta itu, Policy Officer Indonesia-South East Asia, Morgan MC Swiney  mengatakan Pemilu di Indonesia berlangsung dengan lancar dan aman tanpa ada masalah.

“Hal ini menunjukkan demokrasi di Indonesia berlangsung dengan baik,” ujarnya.

Diskusi yang dihadiri Duta Besar RI untuk Belgia Arif Havas Oegroseno dan dipandu Direktur of Policy at Friends of Europe, Shada Islam, itu berlangsung hangat.

Morgan MC Swiney mengakui bahwa topik yang dibahas sangat menarik yaitu Pemilu dan pemilihan presiden yang akan berlangsung pada bulan Juli mendatang.

“Bagi Uni Eropa siapa pun yang akan memimpin Indonesia tidak menjadi masalah,” ujarnya.

Ia mengatakan dengan kerangka kerja sama PAC, Uni Eropa sangat berharap kerja sama ini bisa berlangsung dengan baik. Indonesia merupakan negara penting bagi negara-negara di Uni Eropa.

“Siapa pun yang terpilih sebagai presiden, kami siap bekerja sama,” ujarnya.

Sementara itu Konsulat Indonesia di Porto, Luciano da Silva mengatakan pemilihan presiden Juli mendatang sangat penting. Kami harap pemimpin yang baik bisa menang, ujarnya mengacu ke Jokowi.

Sepertinya Jokowi kandidat yang terbaik dan mempunyai rekam jejak yang baik. “Selain sederhana, juga sangat dekat dengan rakyat,” ujar Luciano da Silva.

“Kita perlu perubahan untuk yang lebih baik, Indonesia butuh pemimpin baru dan kita membutuhkannya. Jokowi rasanya orang yang tepat,” ujarnya dan menambahkan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia tidak akan berubah.

Ranimah Abdulrahim dari The Habibie Center mengatakan bahwa diskusi yang membahas masalah pemimpin Indonesia mendatang sangat menarik karena para pemimpin Uni Eropa ingin mengetahui siapa yang akan pemimpin Indonesia di masa datang.

Diakuinya gairah Pemilu kali ini cukup tinggi dan berlangsung sukses. Masyarakat Uni Eropa sangat “concern” dengan masalah Indonesia, siapapun yang menjadi presiden.

Kalaupun Jokowi yang menjadi pilihan masyarakat, perlu dipastikan yang menjadi pendampingnya haruslah orang yang mampu dalam bidangnya.

“Jangan sampai kementerian yang strategis dipimpin oleh orang yang tidak profesional karena ingin membagi jatah untuk partai politik yang berkoalisi,” ujarnya.

Sementara itu, Prof Dr Azyumardi Azra dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan pemilu Indonesia membuat pandangan orang asing bisa berubah, karena Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Islam cocok dengan demokrasi.

“Islam di Indonesia sangat kompatibel dengan demokrasi,” ujarnya.

Director of Southern and Southeast Asia, The European External Action Service (EEAS ), Ugo Astuto mengakui Indonesia setelah melakukan pemilu merupakan negara demokrasi yang memainkan peranan penting di Eropa .

Dikatakannya, Indonesia yang sudah masuk dalam G20 itu bisa disamakan dengan negara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara mengharapkan siapapun yang akan memerintah, kesinambungan harus tetap dijaga. Hal ini akan menambah kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi, pertumbuhan dan nilai tukar, karena semua itu dilindungi undang undang.

Dikatakannya bank sentral sebagai fungsi pengawasan bank mempunyai tugas untuk mendorong layanan keuangan digital selain tetap memperhatikan peredaran uang hingga ke seluruhan pelosok. (Ant/in/pol)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com