INDOPOLITIKA.COM – Duh PT Garuda Indonesia (Persero) tak mampu membayar utang sebesar USD 900 juta atau setara Rp 12,6 triliun. Garuda pun berencana mencari dana segar atau pendaaan untuk membayar utang tersebut.

Dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Garuda memiliki utang yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar USD 1,63 miliar dan utang jatuh tempo di atas satu tahun senilai USD 77 juta. Perusahaan pun menyampaikan ada tiga opsi pendanaan yang akan dilakukan.

Pertama, Garuda Indonesia berencana merilis global sukuk senilai USD 750 juta. Jatuh tempo pembayaran utang dalam opsi ini pada tahun 2024 mendatang.

Jika perusahaan mengambil opsi yang ini, kupon akan dibayarkan kepada investor tiap enam bulan sekali. Hanya saja, tingkat kupon masih dalam proses negosiasi.

“Rencana penggunaan dananya untuk pembiayaan kembali atas Global Sukuk perseroan yang diterbitkan pada tahun 2015 dan akan jatuh tempo pada bulan Juni 2020 atau atas sebagian utang keuangan yang jatuh tempo dalam satu tahun,” demikian ditulis Garuda Indonesia, Rabu (18/12/2019).

Kedua, perusahaan berencana mencari pendanaan lewat private placement obligasi senilai USD 750 juta. Instrumen ini akan jatuh tempo selambat-lambatnya pada 2024.

Untuk tingkat suku bunga, masih sedang dalam proses negosiasi dan akan diumumkan kepada masyarakat paling kurang dalam satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional paling lambat 2 hari kerja setelah diterbitkannya pendanaan private placement.

“Rencana penggunaan dana untuk pembiayaan kembali atas sebagian utang keuangan yang jatuh tempo dalam satu tahun. Bunga akan dibayarkan setiap tiga bulan atau enam bulan,” tulis dalam keterangan tersebut.

Ketiga, Garuda Indonesia akan menggunakan skema peer to peer lending dengan nilai USD 500 juta. Perusahaan akan membayar bunga setiap tiga bulan sekali. Adapun rencana penggunaan dana untuk pembiayaan kembali atas sebagian utang yang jatuh tempo dalam satu tahun.

Masih dalam keterbukaan informasi BEI, perusahaan telah meminta restu pemegang saham dalam merealisasikan rencananya mencari pendanaan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Rencananya, Garuda Indonesia bakal menggelar RUPSLB pada 22 Januari 2019 mendatang.

Direktur Keuangan yang merangkap Pelaksana Tugas Direktur Utama Garuda Indonesia Fuad Rizal mengaku belum tahu mana opsi yang bakal diambil dari tiga cara yang disodorkan. “Masih proses,” katanya.[ab]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com