INDOPOLITIKA.COM – Aksi Camat Ciledug Syarifudin memarahi seorang relawan banjir yang tengah membantu mengurus evakuasi korban banjir di kompleks Perumahan Wisma Tajur, Ciledug, Tangerang, viral di media sosial.

Awalnya, cerita kemarahan si pejabat diunggah oleh pemilik akun facebook Fauzan Mukrin dan lantas menyebar di twitter seperti dishare akun@Oji4712 pada Jumat 3 Januari 2020, kemarin.

Saat itu, Fauzan menuliskan, ketika tiba di Perumahan Wisma Tajur, dia melihat anak muda berbaju merah pudar (yang dimarahi) itu sudah sibuk di dekat gapura kompleks. Ia bersama seorang warga bernama Hendri dan seorang ketua RT, mengatur evakuasi dan distribusi logistik.

“Di tangannya ada sebuah buku yang berisi catatan warga di mana saja yang belum dievakuasi. Hanya ada satu perahu karet milik BNPB. Satu perahu karet lagi barusan ditarik untuk dipindahkan ke Pondok Bahar,” tulisnya.

Dari obrolan sekilas dengan anak muda itu, Fauzan mengaku tahu kalau dia bukan warga setempat. Ia pekerja NGO dan kebetulan ibu mertuanya juga terjebak di dalam kompleks. Dia mengaku pengantin baru. Sudah dari semalam di situ. Entah perintah kantor atau karena inisiatifnya sendiri, dia mengambil peran sebagai “kordinator”.

“Saya mengenal beberapa anak muda seperti ini. Mereka yang gampang tergerak tanpa harus menunggu birokrasi. Bleeding heart, sebutannya,” jelasnya.

Fauzan mengatakan, R memang cukup berperan. Dia mengkordinir pemasangan jalur tambang supaya warga bisa masuk sendiri membawa logistik atau mengevakuasi keluarga tanpa perlu menunggu perahu.

Semua lancar dan baik saja, sampai kemudian datang seorang bapak berbaju biru itu.

“Siapa kamu? Datang malah ngatur-ngatur!” teriaknya.

Dia marah dan kelihatannya merasa dilangkahi wewenangnya oleh R.
Ia memarahi R dengan kata-kata keras dan menyebut dirinya sebagai pejabat kecamatan yang lebih bertanggungjawab.

Fauzan lantas menarik R mundur dan menenangkannya. Istri R yang juga ada di situ menunggu ibunya dievakuasi, memeluk R. “Tenangin suamimu, Mbak.” Pinta Fauzan.

Beberapa orang, termasuk petugas Babinsa, menarik si bapak pejabat.

R mengangkat tangannya yang menggenggam buku itu ke atas. “Saya buang ini sekarang!” katanya menahan marah.

Dan memang, catatan siapa yang sudah dan masih harus dievakuasi itu, cuma R yang pegang. Perangkat RW mempercayakan padanya.
Ketika kemudian petugas Tagana Baznas datang, R menyerahkan catatannya itu kepada rescuer dan dia sendiri menepi entah ke mana. Mungkin menenangkan diri.

Fauzan berusaha memahami situasinya. Beberapa warga yang ditanya, jelas membela R. “Dia sudah dari semalam bantu kita,” kata seorang ibu.

“Tak apa, Mas, warga juga tau kok siapa yang kerja,” kata seorang remaja yang sedari tadi saya lihat memandu perahu karet. Badannya basah kuyup.{asa}

 

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com