Taufiq mengaku apa yang ia lakukan semata-mata untuk menyampaikan kritik sebagai seorang ayah yang memiliki putri usia sekolah dan pengguna Twitter nonpartisan. Taufiq menyuarakan keresahannya sebagai orang tua yang sering berhadapan dengan aturan sekolah yang ada saat ini.

Aturan yang menurutnya merepotkan, apalagi dengan adanya zonasi plus belum meratanya kualitas sekolah. “Membuat saya seperti dipaksa memilih menyekolahkan anak di sekolah negeri sesuai zona yang kualitasnya kurang bagus. Atau bersekolah di sekolah swasta yang lebih mahal dan siswanya homogen (kekayaan, agama, etnis, dan lain-lain),” kata Taufiq.

Ia pun menegaskan cuitan itu juga bentuk kritik kepada Nadiem Makarim sebagai Mendikbud yang seharusnya memposisikan pidatonya sebagai pemerintah, regulator, sekaligus pemangku kebijakan. Ia sebenarnya berharap ada pernyataan dan solusi konkret yang disampaikan Nadiem di pidato Hari Guru Nasional tersebut.

“Beliau bisa saja langsung mengambil langkah konkret dengan merombak habis-habisan dunia pendidikan,” ujarnya.

Poin lainya yang ia soroti, bahwa Nadiem tidak menyinggung soal kesejahteraan guru. Pidato tersebut disampaikan pada momentum Hari Guru Nasional, bukan Hari Pendidikan Nasional.

“Beliau juga tak menyentuh sama sekali masalah peningkatan kesejahteraan guru, baik yang honorer maupun di daerah terpencil,” imbuhnya.

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com