Demokrasi yang dipraktikkan dalam Pemilu Legislatif (Pileg) 2014  jauh dari harapan menyajikan esensi demokrasi.  Pemilu tersebut hanya berpusat pada perlombaan dan sikut-sikutan dalam memobilisasi massa.

“Pemilu kita hanya sekedar memobilisasi massa, dan bukan dalam bentuk partisipasi, karena Pemilu hanya dijadikan alat oleh caleg untuk saling membunuh suara,”ujar Pengamat Politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, dalam diskusi di Waung Daun, Cinikini, Jakarta,Sabtu (26/4).

Saling sikut sesama caleg, lanjutnya, adalah bagian dari memobilisasi suara.

“Para caleg yang bersinggungan dinasti, menyebar amplop, sehigga tidak heran kalau demokrasi yang terbangun sekarang ini adalah demokrasi kuantitatif,” ucapnya.

Dia memastikan, pemilu 2014 hanya menghasilkan demokrasi kuantitatif, dan pemilu ini tidak ubahnya berada dalam lingkaran setan. Sebab pelaksanaan Pemilu dari Pemilu ke pemilu polanya sama, masih marak melakukan money politic.

“Jadi tidak heran kalau pemilu kita terjebak dengan lingkaran setan. Karena masalah politik uang, penggelembungan suara, iklan kampanye hanya menjadi perdebatan yang sampai saat ini terus terjadi,”ujarnya. (jn/in/pol)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com