INDOPOLITIKA.COM – Pemerintah didorong untuk segera memberlakukan kembali kewajiban protokol kesehatan dan mempersiapkan penanganan khusus bagi anak-anak yang berisiko terkena Mpox, terutama jika terdapat anggota keluarga yang dicurigai sebagai suspek.

Pernyataan tersebut disampaikan Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, menanggapi peningkatan jumlah kasus suspek Mpox atau cacar monyet di Indonesia.

“Mpox harus segera ditangani dengan serius. Kami mendesak pemerintah untuk segera menerapkan protokol kesehatan kepada masyarakat dan mempersiapkan penanganan yang lebih komprehensif, terutama bagi anak-anak yang juga berisiko terpapar Mpox,” ujar Rahmad Handoyo, dalam keteranganya, kemarin.

Rahmad mengharapkan komitmen tinggi dari Pemerintah untuk menangani Mpox, apalagi berdasarkan informasi Kementerian Kesehatan (Kesehatan) sudah ada laporan sepuluh kasus suspek Mpox di Bali, Yogyakarta, Jakarta dan sekitarnya, serta Kalimantan.

Di Jabodetabek, suspek ditemukan di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Kemudian ada juga beberapa suspect Mpox di wilayah Jakarta Barat.

Sebelumnya 3 kasus suspect Mpox juga terdapat di Palembang, Sumatera Selatan, meski hasil pemeriksaan laboratoriumnya sudah dinyatakan negatif.

Rahmad Handoyo menyatakan bahwa pemerintah perlu mewaspadai varian terbaru Mpox yang penyebarannya cepat di Republik Demokratik Kongo, yaitu Clade 1B, yang dapat membahayakan pasien.

“Meskipun belum ada penambahan kasus positif Mpox di Indonesia dan Clade I belum terdeteksi, pemerintah harus segera mengambil langkah nyata, salah satunya dengan menerapkan protokol kesehatan dan memberikan edukasi yang masif kepada masyarakat,” jelas politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.

Meskipun Mpox bukan penyakit mematikan, virus MPXV yang menyebabkan infeksi ini mudah menular. Penularan antar manusia bisa terjadi melalui kontak langsung, seperti berjabat tangan, bergandengan, dan juga melalui kontak seksual.

Virus MPXV sendiri berasal dari genus Orthopoxvirus dengan dua clade, yaitu Clade I (subclade Ia dan Ib) dan Clade II (subclade IIa dan IIb). Clade Ia dan Ib menimbulkan gejala klinis yang lebih parah dibandingkan Clade II.

Saat ini, varian Clade I, baik Ia maupun Ib, belum terdeteksi di Indonesia. Sejak tahun 2022 hingga sekarang, varian yang ditemukan di Indonesia adalah Clade II, dengan 88 kasus Mpox yang semuanya telah dinyatakan sembuh.

Namun, Rahmad menekankan pentingnya pemerintah untuk memperkuat sistem surveilans epidemiologis, yaitu pemantauan penyakit secara sistematis dan berkelanjutan, guna memastikan tindakan penanggulangan yang efektif.

“Deteksi dini adalah kunci untuk memitigasi penyebaran penyakit. Selain itu, optimalisasi fasilitas laboratorium untuk mendeteksi berbagai patogen dengan cepat dan akurat juga harus menjadi prioritas,” tutup Rahmad. [rzm]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com