INDOPOLITIKA – Peternak jangkrik di Kabupaten Lebak, Banten, menghadapi kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar, baik dari dalam Lebak maupun dari daerah lain seperti Kabupaten Serang dan Tangerang.   

“Kami telah mengalami peningkatan pendapatan dari Rp3 juta per bulan menjadi Rp12 juta dalam enam bulan terakhir,” ujar Sunardi (50), seorang peternak jangkrik di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, pada Rabu (25/9/2024).  

Sekitar 20 peternak jangkrik di Kampung Bojong Apus, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, kini merasa kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar, terutama dari kios penjual burung dan kios pemancingan ikan.  

Permintaan jangkrik tidak hanya berasal dari Kabupaten Lebak, tetapi juga dari luar daerah seperti Kabupaten Serang dan Tangerang. Saat ini, produksi jangkrik ditampung oleh bandar untuk memenuhi kebutuhan pasar, sehingga peternak meningkatkan produksi mereka.  

 “Kami memiliki 15 kotak budidaya dengan total produksi 400 kilogram dan harga Rp30 ribu per kilogram, menghasilkan pendapatan Rp12 juta, meningkat dari Rp3 juta sebelumnya,” kata Sunardi.  

Pernyataan Sunardi diamini peternak lainya, Maman (55). Ia mengaku kewalahan memenuhi permintaan pasar dan kini mampu menghasilkan Rp12-15 juta per bulan dengan produksi 450 kilogram. 

“Kami merasa terbantu secara ekonomi dengan adanya penampung, yang memudahkan pemasaran usaha jangkrik,” jelasnya.  

Agus (60), seorang pedagang burung di Rangkasbitung, mengaku dapat menghabiskan sekitar 50 kilogram jangkrik setiap pekan dari penjualan eceran, menghasilkan pendapatan Rp2,5 juta.  

Kadang-kadang, dalam empat hari stok jangkrik sudah habis, sehingga ia terpaksa meminta pasokan tambahan.  

“Semua pelanggan kami adalah pencinta burung berkicau,” ujarnya.  

Ketua Komunitas Usaha Jangkrik Kabupaten Lebak, Agus, menyatakan bahwa para peternak jangkrik di daerah ini terus tumbuh dan berkembang, seiring dengan tingginya permintaan pasar, bahkan sampai memasok ke wilayah Serang dan Tangerang. 

Sekitar puluhan anggota komunitas tersebut tersebar di Kecamatan Rangkasbitung, Warunggunung, Cibadak, dan Kalanganyar. 

Mereka mengembangkan usaha budidaya jangkrik di rumah dengan membuat ruangan khusus untuk menyimpan kotak-kotak bok tempat produksi jangkrik. Proses produksi, mulai dari penetasan telur hingga siap panen, memerlukan waktu sekitar 32 hari.  

Peternak jangkrik memilih usaha ini karena biaya produksinya relatif kecil dan keuntungan yang diperoleh cukup menjanjikan.  

“Kami berharap para peternak terus meningkatkan produksi agar dapat memenuhi permintaan pasar,” tandasnya. [rzm]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com