INDOPOLITIKA – Diskusi yang digelar oleh Forum Tanah Air (FTA) yang dihadiri sejumlah tokoh seperti Din Syamsudin, Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun, Said Didu, eks Danjen Kopassus Soenarko, Marwan Batubar, di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, pada Sabtu (28/9), dibubarkan paksa oleh sejumlah orang tak dikenal.  

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan ikut memberikan respons terkait peristiwa tersebut. Anies dengan tegas  mengecam tindakan tersebut. 

“Kebebasan berbicara dan berpendapat sebagai salah satu prinsip demokrasi yang telah dilindungi oleh konstitusi haruslah dihormati,” kata Anies dalam akun sosial media X @aniesbaswedan, dikutip Minggu (29/9/2024). 

Selain aksi premanisme dalam diskusi, Anies juga mengecam tindakan premanisme dalam aksi damai Global Climate Strike. 

“Maka kita perlu mengecam aksi premanisme penuh kekerasan yang membubarkan: 1) diskusi diaspora dan 2) aksi damai Global Climate Strike, yang terjadi dalam hari berurutan,” ucap dia. 

Aksi Global Climate Strike seperti disampaian Anies Baswedan ini merujuk kegiatan yang diadakan di Taman Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (27/9) kemarin. Dalam giat itu juga sempat bentrok. Massa kontra dari sejumlah orang tak dikenal disebut merampas alat properti aksi. 

Lebih jauh, Mantan Mendikbud itu juga mendukung Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk segera menyelesaikan permasalahan tersebut hingga ke akarnya. 

“Kita dukung penuh Pak Kapolri @ListyoSigit beserta jajarannya agar bisa segera mengusut tuntas semua peristiswa ini. Tidak hanya terhadap para pelaku di lapangan, tapi juga otak di baliknya,” imbuhnya.  

Kata Polisi 

Kapolsek Mampang Kompol Edy Purwanto menyebut pihaknya masih mendalami peristiwa ini. Mereka masih mengidentifikasi para pelaku. 

“Saat ini kami bersama Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan akan melakukan pengembangan dan penyelidikan pada pelaku pengerusakan,” ungkapnya. 

“Kami sudah berkoordinasi dengan pihak Grand Kemang, ada pihak dirugikan dan nanti akan buat laporan polisi secara resmi ke Polres Metro Jaksel,” sambungnya. 

Ia pun menunggu pihak yang dirugikan untuk segera melapor ke polisi terkait kejadian ini. 

Kronologis Versi Polisi  

Kapolsek Mampang Kompol Edy Purwanto menjelaskan kronologinya pada Minggu (29/9).  

Pukul 08.00 WIB 

Edy menjelaskan bahwa timnya telah memulai pengamanan sejak pukul 08.00 WIB. 

“Kronologinya pada Sabtu hari ini kami dari Polsek Mampang Prapatan mendapatkan perintah dari pimpinan untuk melaksanakan pengamanan kegiatan unjuk rasa dari Aliansi Cinta Tanah Air,” ujarnya Sabtu (28/9). 

“Kami melaksanakan pengarahan pukul 08.00 (WIB),” sambungnya. 

Pukul 09.00 WIB 

Unjuk rasa dimulai. Massa unjuk rasa melakukan orasi di Gerbang Pintu Grand Kemang bagian depan. 

Pukul 09.30 WIB 

Kemudian, Edy mengatakan bahwa saat mereka melaksanakan pengamanan, pihaknya mendapat kabar ada orang-orang tak dikenal memaksa masuk dari pintu lainnya. 

“Lalu di saat kami fokus pengamanan kegiatan unjuk rasa di depan, tiba-tiba kami mendapatkan informasi ada sekelompok orang tak dikenal masuk lewat gerbang pintu belakang,” ungkapnya. 

“Atas informasi tersebut kami langsung ke belakang untuk mengecek dan mengamankan lokasi di belakang,” lanjutnya. 

Massa tak dikenal itu pun berhasil masuk dan melakukan pengrusakan. Edy mengaku tak mengetahui kejadian yang terjadi di dalam gedung tersebut. 

“Massa yang melakukan pengerusakan itu masuk, kami tidak tahu karena memang kegiatan di dalam juga apa kami tak tahu karena tak ada pemberitahuan ke Polsek atau Polres terkait kegiatan,” ungkapnya. 

“Kami lebih fokus pada pengamanan kegiatan Unras yang dilakukan Aliansi Cinta Tanah Air yang ada di Grand Kemang Gerbang depan,” sambungnya. 

Menurut Edy, unjuk rasa ini berjalan tanpa kendala. Yang melakukan pengrusakan adalah kelompok yang berbeda. 

“Kegiatan unjuk rasa ini tak ada kendala, tak ada masalah, jadi berjalan dengan baik. Jadi, orang berbeda dengan kelompok yang melakukan unjuk rasa,” ucapnya. 

Saat ini, polisi masih mendalami apa saja barang yang dirusak oleh kelompok orang tak dikenal itu. Menurut Edy, mereka berjumlah sekitar 25 orang. 

“Saat ini kami masih dalam tahap penyelidikan dan mendalami terkait hal itu,” ujarnya. 

“Kurang lebih, kalau dilihat dari video yang beredar sekitar 25 orang,” ucapnya. [Red]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com