INDOPOLITIKA – Film animasi “Merah Putih: One for All” yang dijadwalkan tayang pada 14 Agustus 2025 tengah menjadi sorotan publik, namun bukan karena prestasi, melainkan kontroversi.

Alih-alih mendapat sambutan positif, film produksi Perfiki Kreasindo ini justru menuai kritik tajam di media sosial setelah sejumlah netizen menemukan indikasi penggunaan aset animasi stok murah yang dijual di platform Reallusion Content Store.

Beberapa pengguna internet membagikan perbandingan visual antara karakter dalam film animasi “Merah Putih: One for All” dengan model 3D yang tersedia secara komersial di platform tersebut.

Temuan ini menimbulkan dugaan bahwa sebagian besar elemen visual dalam film animasi bukan hasil produksi orisinal, melainkan aset berbayar yang bisa dibeli siapa pun dengan harga relatif murah.

Salah satu unggahan yang viral menyebut bahwa animator film animasi “Merah Putih: One for All” ini mengklaim anggaran awal hanya sekitar Rp1 juta. Lebih lanjut, harga aset yang digunakan dalam film disebut hanya sekitar USD 43,50 atau sekitar Rp700 ribu per item.

Fakta ini mengundang sindiran dari warganet, terutama setelah muncul informasi bahwa anggaran produksi film mencapai Rp6,7 miliar. Banyak yang mempertanyakan transparansi dan kualitas produksi.

“Anggaran Rp6 miliar, tapi modal produksinya mungkin tak sampai Rp100 juta. Animasi cuma pakai template seharga 10-20 dolar, ditempel-tempel doang,” tulis seorang netizen.

Komentar lain menyoroti kualitas visual yang dianggap tidak konsisten, dengan gaya karakter yang terlihat berbeda-beda.

“Pantas karakternya pada beda-beda stylenya,” tambah netizen lain.

Kontroversi ini pun menimbulkan diskusi lebih luas mengenai standar produksi film animasi lokal, penggunaan aset stok, dan pertanggungjawaban terhadap penggunaan dana besar untuk proyek perfilman nasional.

Biaya Produksi Film Merah Putih: One For All

Lantas, berapa biaya produksi film animasi Merah Putih: One For All? Dilansir detikNews, film yang disutradarai dan ditulis oleh Endiarto serta Bintang Takari ini disebut-sebut menghabiskan biaya produksi yang mencapai Rp 6,7 miliar. Menariknya, proses pengerjaannya tidak membutuhkan waktu yang lama.

Dikatakan proses produksi film Merah Putih: One For All hanya dalam kurang dari satu bulan saja. Hal inilah yang membuat masyarakat dari berbagai kalangan menaruh atensi terhadap proses pembuat film ini.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, rumah produksi film ini adalah Perfiki Kreasindo. Dikutip dari laman detikPop, Perfiki Kreasindo bukanlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau di bawah naungan pemerintah. Sebaliknya, Perfiki Kreasindo adalah sebuah rumah produksi yang berada di bawah naungan Yayasan Pusat Perfilman H Usmar Ismail.

Yayasan tersebut merupakan yayasan nirlaba yang berfokus pada kemajuan perfilman Tanah Air. Terkait dengan sumber biaya pembuatan film Merah Putih, sang sutradara bernama Endiarto mengungkapkannya saat hadir dalam program detikpagi.

“Ini sumbangsih kami, biayanya juga kami gotong royong. Jadi semua termasuk dubber dan kru kita gak pake orang-orang yang top. Kalau kita pakai orang-orang yang sudah punya nama, dari mana kita bisa kasih mereka apresiasi. Kita urunan gotong royong sama mereka yang punya niat, nah gotong royongnya jangan salah juga. Kita bukan gotong royong dalam bentuk uang, tapi effortnya,” jelas Endiarto selaku sutradara Merah Putih: One For All, dikutip pada Senin (11/8/2025).

Lebih lanjut, sutradara Endiarto juga menyebut tidak ada uang yang turun dari pihak formal maupun informal. Dirinya turut menegaskan biaya produksi berasal dari pihak mereka.

“Kami berharap ada pihak formal dan non-formal men-support kami. Tapi gak ada sepeserpun duit yang turun. Semua dari dana pribadi,” lanjut Endiarto. (Red)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com