“Jangan mengejar bayangan. Pilkada itu bukan arena untuk politisi halu. Berhalusinasi akan menang padahal zaman sudah begitu modern, semua bisa diukur dengan ilmu pengetahuan dan metode yang teruji. Akan menang atau akan kalah sudah bisa dihitung dengan survei. Dampak kampanye akan bisa dilihat pergerakannya dalam survei berkala” ujarnya.

Rachmayanti menilai, jika ikut sertanya Andika Hazrumy pada Pilkada Kabupaten Serang tahun 2024 pertimbangannya adalah potensi kemenangan yang tinggi maka itu adalah pilihan rasional dan strategi yang jitu.

Soal keresahan para simpatisan yang menganggap hal itu sebagai turun grade, tinggal diberitahu saja. Bahwa menjadi Kepala Daerah di level Kabupaten Kota itu jelas lebih baik daripada jadi wakil kepala daerah di level provinsi.

Rachmayanti menyinggung banyak yang memelesetkan akronim wakil itu dengan awak dan sikil. Artinya badan dan kaki sementara kepalanya tidak ada. Tidak ada keputusan wakil dalam administrasi pemerintahan.

“Seluruh keputusan, peraturan dan sejenisnya ditandatangani oleh dan atas nama kepala daerah. Ada keputusan gubernur, tidak ada keputusan wakil gubernur. Ada peraturan Bupati tidak ada peraturan wakil bupati dan sejenisnya,” tegasnya.

“Jadi intinya tidak turun grade. Ada contoh paling kongkrit, Figur Syaifullah Yusuf pernah jadi menteri lalu menjadi wakil gubernur dan sekarang jadi Walikota Pasuruan dan publik tidak menganggapnya turun derajat, malah menyebut figur yang tidak ada matinya,” demikian peneliti LSPI itu menutup perbincangan dengan wartawan. [Red]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com