INDOPOLITIKA.COM Kepala biro politik gerakan perlawanan Palestina, Hamas, Ismail Haniyeh memperingatkan Israel agar tidak meningkatkan ketegangan di jalur Gaza yang terkepung. Ia mengatakan front perlawanan siap untuk skenario apa pun dan tetap teguh dalam memerangi kejahatan oleh rezim pendudukan.

Hal itu disampaikan Ismail Haniyeh dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada Selasa malam. Ia menegaskan bahwa Hamas telah mengambil keputusan tegas untuk tidak menghentikan perlawanan selama rezim Israel melanjutkan kejahatan dan pelanggarannya di Yerusalem al-Quds yang diduduki dan di Masjid Al-Aqsa.

“Kami memiliki hak untuk menanggapi serangan Israel dan melindungi kepentingan rakyat kami selama pendudukan Israel terus meningkat,” kata Haniyeh.

“Kami telah meraih kemenangan dalam pertempuran untuk Yerusalem, pertahanan Yerusalem,” kata Haniyeh.

“Hamas siap untuk setiap skenario apapun, apakah eskalasi atau gencatan senjata … Kami, sebagai orang Palestina, tidak akan meninggalkan Yerusalem dan perlawanan, menganggap pendudukan bertanggung jawab penuh atas eskalasi,” tambahnya.

Secara spesifik, ada panggilan mendesak sejak kemarin dan sampai sekarang dengan saudara-saudara di Mesir, Qatar juga dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa. “Kami mengatakan kepada semua orang bahwa yang telah menyalakan api di Yerusalem dan al-Aqsa dan api yang meluas ke Gaza adalah pendudukan Israel, oleh karena itu, Israel harus bertanggung jawab atas konsekuensinya,” tambahnya.

Haniyeh mengatakan “hubungan antara Gaza dan Yerusalem al-Quds tidak dapat diubah,”. Ia menggarisbawahi bahwa kota suci telah menyusun “skala kekuatan” baru di tingkat politik. “Kami tegaskan bahwa kami tidak akan mundur,” sambungnya.

Dalam pidatonya di televisi, kepala biro politik Hamas menyoroti persatuan warga Palestina dalam perjuangan mereka melawan pendudukan Israel dan mengatakan bahwa Hamas sejauh ini telah bertindak di tiga bidang.

“Yang pertama adalah front al-Quds, yang kedua adalah front Gaza dan yang ketiga adalah Palestina di tanah yang diduduki pada tahun 1948,” katanya.

Haniyeh juga menggarisbawahi bahwa gerakan perlawanan akan tetap menjadi perisai lapis baja rakyat Palestina dan akan terus menangkis agresi Israel dengan cara apapun.

Kantor berita resmi Palestina, Wafa, mengatakan serangan udara Israel di berbagai lokasi di Jalur Gaza telah merenggut nyawa 35 orang, termasuk 12 anak-anak dan tiga wanita, dan menyebabkan lebih dari 200 lainnya terluka. [ind]

 

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com