INDOPOLITIKADaddy issue adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan masalah psikologis yang terjadi pada seseorang, biasanya anak perempuan, akibat dari hubungan yang tidak sehat atau kurangnya peran ayah dalam kehidupan mereka.

Indonesia saat ini menjadi negara dengan tingkat fatherless tertinggi ketiga di dunia. Istilah ini tidak bersifat klinis atau diagnostik, tetapi sering digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk menggambarkan dampak emosional atau psikologis yang muncul ketika seseorang tidak memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya, baik secara fisik maupun emosional.

Berikut beberapa detail tentang daddy issue

  1. Absennya Peran Ayah

Daddy issue sering muncul ketika ayah tidak terlibat secara aktif dalam kehidupan anak, baik karena perceraian, kematian, atau kesibukan yang membuat ayah tidak hadir secara emosional maupun fisik. Ayah yang hanya memberikan kebutuhan finansial tetapi tidak menyediakan dukungan emosional juga dapat menyebabkan anak merasa “ditinggalkan.”

Kondisi ini menciptakan kekosongan emosional yang dalam, di mana anak merasa kehilangan figur penting yang seharusnya memberikan rasa aman, cinta, dan bimbingan.

  1. Dampak Psikologis

Anak yang mengalami daddy issue sering tumbuh dengan perasaan kurang percaya diri, kecemasan, dan kesulitan membangun hubungan yang sehat. Mereka mungkin merasa tidak dicintai atau tidak berharga karena kurangnya perhatian dari ayah.

Akibatnya, banyak dari mereka yang mencari validasi dari orang lain, terutama dari pria. Ini dapat menyebabkan pola hubungan yang tidak sehat, di mana mereka tertarik pada pria yang salah (pria dengan tanda-tanda “red flag”) atau bahkan terjebak dalam hubungan yang penuh dengan manipulasi atau kekerasan emosional.

  1. Tanda-Tanda daddy issue

Beberapa tanda bahwa seseorang mungkin memiliki daddy issue antara lain:

  • Ketergantungan Emosional: Mereka cenderung bergantung pada pasangan atau orang lain untuk memenuhi kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi oleh ayah mereka. Hal ini sering kali membuat mereka terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.
  • Ketidakpercayaan Terhadap Pria: Meskipun mereka mungkin bergantung pada pasangan, mereka juga sering kali merasa tidak bisa mempercayai pria karena trauma masa lalu dengan ayah yang absen.
  • Memilih Pasangan yang Tidak Sehat: Mereka cenderung tertarik pada pria yang memiliki karakteristik negatif, seperti pria manipulatif, egois, atau tidak peduli, karena itu mungkin mengingatkan mereka pada ayah mereka atau merupakan bentuk pencarian “pengakuan” yang tidak pernah mereka dapatkan.
  1. Pola Hubungan yang Tidak Sehat

Salah satu dampak utama daddy issue adalah ketidakmampuan untuk membangun hubungan romantis yang sehat. Seseorang yang mengalami daddy issue sering kali mencari sosok pengganti ayah dalam pasangan, yang bisa menyebabkan ketergantungan berlebihan.

Mereka mungkin mencari pria yang memiliki sifat dominan atau yang terlihat bisa “melindungi,” namun justru berakhir dengan pria yang memperlakukan mereka dengan buruk atau tidak setia.

Selain itu, orang dengan daddy issue juga bisa menunjukkan pola hubungan “clingy” (melekat berlebihan) atau “fearful avoidant” (menghindari hubungan dekat karena takut terluka). Hal ini bisa mengarah pada siklus hubungan yang penuh drama, di mana seseorang terus-menerus berusaha mencari perhatian atau menghindari konflik emosional.

  1. Cara Mengatasi daddy issue

Mengatasi daddy issue memerlukan kesadaran diri dan upaya untuk memperbaiki hubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Beberapa cara untuk mengatasi masalah ini antara lain:

  • Terapi Psikologis:  Salah satu cara yang paling efektif untuk menangani daddy issue adalah dengan menjalani terapi. Melalui terapi, seseorang dapat memahami bagaimana ketidakhadiran atau perilaku ayah mempengaruhi kehidupan mereka, serta bagaimana cara memperbaiki pola hubungan yang tidak sehat.
  • Membangun Hubungan yang Sehat: Dengan mempelajari apa yang menjadi ciri-ciri hubungan sehat, seseorang bisa mulai memilih pasangan yang benar-benar baik bagi mereka, dan menghindari pria dengan tanda-tanda “red flag”.
  • Self-Love dan Self-Awareness: Orang dengan daddy issue perlu belajar mencintai dan menghargai diri sendiri, sehingga mereka tidak lagi bergantung pada validasi dari orang lain, khususnya pria. Ini juga membantu mereka lebih sadar akan apa yang sebenarnya mereka butuhkan dalam sebuah hubungan.
  1. Pentingnya Peran Ayah

Peran ayah sangat penting dalam perkembangan psikologis anak, terutama dalam membantu anak memahami cara membentuk hubungan yang sehat dengan lawan jenis. Ayah berperan dalam memberikan rasa aman, dukungan emosional, dan bimbingan moral. Tanpa peran ayah yang kuat dan positif, anak bisa merasa kurang lengkap atau mengalami kesulitan dalam memahami bagaimana seharusnya hubungan dibangun.

Ayah yang hadir secara emosional dan fisik membantu anak membangun rasa percaya diri dan memiliki harapan realistis terhadap hubungan dengan orang lain.

Daddy issue tidak hanya mempengaruhi hubungan romantis, tetapi juga bisa mempengaruhi bagaimana seseorang menjalani kehidupannya secara keseluruhan.

Dengan penanganan yang tepat, seseorang dapat memperbaiki dampak psikologis dari absennya peran ayah dan belajar membangun kehidupan yang lebih sehat dan bahagia. (Chk)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com