INDOPOLITIKA.COM – Pelung Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa untuk menjadi calon presiden di Pilpres 2024 dinilai sangat kecil. Cawapres dinilai menjadi peluang paling maksimal bagi Andika.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Kunto Adi Wibowo dalam keterangannya, Kamis (26/5/2022).

“Kita lihat saja pengalaman tokoh dari TNI pada Pemilu yang lalu, Pak Gatot Nurmantyo, yang pada waktu itu elektabilitasnya bahkan lebih besar dari Pak Andika saja susah mendapat kendaraan partai koalisi yang bisa mendukungnya. Kecuali Pak Andika keluar dari TNI terus masuk partai, mungkin beda cerita,” kata Kunto.

Menurut Kunto, partai politik cenderung resisten terhadap capres dari militer karena dinilai keterikatannya akan rendah dengan partai jika terpilih, sehingga dikhawatirkan partai justru diambil alih oleh purnawirawan militer. “Jadi menurut saya, Cawapres itu paling maksimal kalau untuk Pak Andika sekarang,” tuturnya.

Pengamat Politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam juga menilai peluang Andika untuk maju sebagai Capres 2024 belum signifikan.

Selain elektabilitas yang masih sangat terbatas, ujar Umam, dinamika demokrasi saat ini belum menunjukkan kebutuhan pemimpin dari kalangan militer.

“Demokrasi menghendaki kepemimpinan yang berbasis supremasi sipil,” kata Umam.

Nama Andika belakangan masuk radar bursa calon presiden untuk Partai NasDem. Partai NasDem akan mengumumkan Capres 2024 yang akan diusungnya dalam rapat kerja nasional pada 15-17 Juni 2022.

Salah satu nama yang masuk radar adalah Andika Perkasa. Nama lainnya yang digadang-gadang, ada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, hingga Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin menilai wajar jika Andika Perkasa muncul di bursa capres NasDem, karena Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh merupakan keluarga besar FKPPI (Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia). Paloh bersama sejumlah anak ABRI lain mendirikan organisasi ini pada 1978.

“Namun peluangnya akan berat. Karena selain akan pensiun di akhir tahun ini, elektabilitas Andika pun masih belum kelihatan, masih jauh dari elektabilitas tiga besar calon lain seperti Anies, Ganjar, dan Prabowo,” ungkapnya.

Jika Partai NasDem mau mengusung capres yang elektabilitas rendah, ujar Ujang, maka partai lain tak akan mau bergabung koalisi, karena kemungkinan menangnya kecil.

“Partai-partai itu secara psikologi pasti akan mendukung capres yang memiliki elektabilitas tinggi, karena potensi menangnya besar. NasDem tentu berhitung juga. Jadi menurut saya, ya muncul nama itu kan belum tentu dijadikan Capres, bisa saja untuk strategi pemberitaan,” tuturnya.[fed]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com