Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di acara Forum Ekonomi Timur di Vladivostok, Rabu 12 September 2018, yang juga dihadiri PM Jepang Shinzo Abe dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. (Foto: AFP/KIRILL KUDRYAVTSEV)

Vladivostok: Presiden Vladimir Putin menyarankan agar Rusia dan Jepang menandatangani perjanjian damai "tanpa syarat apapun" di akhir tahun ini. Seruan ini merupakan upaya Putin dalam menyelesaikan sengketa wilayah kedua negara yang sudah berlangsung berdekade-dekade silam.

Proposal Putin muncul hanya dua hari usai dirinya mengatakan sengketa wilayah Rusia dan Jepang kemungkinan tidak dapat diselesaikan dalam waktu dekat.

Sengketa antara Rusia dengan Jepang berpusat pada empat pulau di Kepulauan Kuril, yang dikuasai Uni Soviet pada akhir Perang Dunia II pada 1945. Namun deretan pulau itu juga diklaim Jepang.

Perebutan deretan pulau itu yang membuat kedua negara menolak menandatangani perjanjian damai.

"Kita sudah mencoba menyelesaikan sengketa wilayah ini selama 70 tahun. Kita telah berdialog selama 70 tahun," tutur Putin dalam forum ekonomi di Vladivostok, yang juga dihadiri Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Tiongkok Xi Jinping, Rabu 12 September 2018.

"(PM) Shinzo berkata, 'mari kita ubah pendekatan kita. Mari selesaikan perjanjian damai. Bukan sekarang, tapi akhir tahun nanti tanpa ada syarat apapun,'" lanjut dia, yang kemudian diikuti tepuk tangan meriah.

Seperti dilansir dari kantor berita AFP, Putin menegaskan apa yang baru saja diucapkannya itu bukan sebuah gurauan. 

Putin menyebut perjanjian damai akan menciptakan atmosfer yang lebih baik dan dapat membuat kedua negara "terus menyelesaikan beragam masalah bersama-sama seperti layaknya sahabat."

"Menurut saya (perjanjian) ini dapat memfasilitasi solusi dari semua masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam 70 tahun terakhir," ungkap Putin.

Sementara PM Abe mengatakan bahwa kedua negara "memiliki tugas untuk generasi mendatang."

"Mari kita jalan bersama-sama. Jika tidak dilakukan sekarang, maka kapan? Jika bukan kita, maka siapa?" tanya PM Abe.