INDOPOLITIKA.COM – Pemboman Israel pada Jumat (6/9/2024) ini menewaskan sedikitnya 13 warga Palestina dan melukai beberapa orang lainnya di Jalur Gaza yang dilanda perang, menurut koresponden WAFA.

Wafa mengatakan bahwa pasukan pendudukan Israel menargetkan sebuah tenda yang menaungi para pengungsi, di sebelah barat kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Tengah, menewaskan empat warga sipil dan melukai empat orang lainnya.

Mayat warga sipil yang terbunuh, yaitu dua wanita muda dan dua anak perempuan, dibawa ke Rumah Sakit al-Awda di kamp tersebut, dan korban luka-luka, yaitu tiga anak perempuan dan seorang pemuda, dibawa ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsha di Deir al-Balah.

Pasukan penjajah juga menargetkan sebuah rumah milik keluarga Yassin di lingkungan Zaytoun, sebelah timur Kota Gaza, menewaskan empat warga sipil, termasuk dua anak dan seorang wanita, serta melukai beberapa orang lainnya.

Sementara itu, jet-jet tempur Israel menghantam sebuah rumah di dekat Lingkaran Nassar di wilayah Asy-Syekh di Jalur Utara, yang mengakibatkan sejumlah korban jiwa dan luka-luka.

Pengeboman Israel juga menargetkan sebuah rumah milik keluarga Qandil di pusat kota Khan Younes, menewaskan lima warga sipil dan melukai yang lainnya.

Israel telah melanjutkan serangan genosida di Jalur yang dilanda perang tanpa menghiraukan Mahkamah Internasional (ICJ), yang memerintahkan Israel dalam sebuah keputusan yang mengikat secara hukum untuk menghentikan serangan militernya di Rafah, yang mungkin melanggar kewajibannya di bawah Konvensi Genosida. Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak tanggal 7 Oktober, yang menewaskan sedikitnya 40.878 orang Palestina dan melukai lebih dari 94.454 orang lainnya.

Selain itu, setidaknya 10.000 orang belum ditemukan, diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza. Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.

Agresi Israel juga telah menyebabkan pengungsian paksa terhadap hampir dua juta orang dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi dipaksa untuk pindah ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduknya, dekat perbatasan dengan Mesir, yang merupakan eksodus massal terbesar di Palestina sejak peristiwa Nakbah tahun 1948. [Red]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com