INDOPOLITIKA.COM – Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei telah memperingatkan rezim Israel akan adanya “balasan yang keras” atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh. 

Ia mengatakan bahwa sudah menjadi kewajiban Republik Islam untuk membalaskan dendam atas kematian pemimpin perlawanan Palestina tersebut.  

Ayatollah Khamenei menyampaikan hal tersebut pada hari Rabu (13/12/2024) seperti dikutip dari presstv.ir, beberapa jam setelah Haniyeh, yang melakukan perjalanan ke Teheran untuk menghadiri upacara pengambilan sumpah jabatan presiden baru Iran, tewas dalam sebuah serangan fajar di ibukota.

“Rezim Zionis penjahat dan teroris telah mengorbankan tamu kita yang tercinta di tanah air kita dan membuat kita berduka, tetapi rezim ini juga telah menyiapkan jalan bagi hukuman yang keras bagi dirinya sendiri,” kata Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatollah Khamenei.

Ayatollah Khamenei memuji pengorbanan Haniyeh selama bertahun-tahun dalam perjuangannya melawan penjajahan Israel, dan mengatakan bahwa Haniyeh telah siap untuk mati syahid, serta telah mengorbankan anak-anaknya dan keluarganya dalam perjuangannya tersebut. 

“Dia tidak takut mati syahid di jalan Allah dan menyelamatkan hamba-hamba Allah, tetapi kami menganggapnya sebagai tugas kami untuk membalaskan darahnya dalam insiden pahit dan mengerikan yang terjadi di wilayah Republik Islam ini,” tegas Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran. 

Pemimpin Besar Revolusi Islam juga menyampaikan belasungkawa kepada umat Islam, front perlawanan, bangsa Palestina yang dibanggakan, serta keluarga Haniyeh dan salah satu rekannya, yang menjadi martir bersamanya. 

Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran yang baru, Masoud Pezeshkian, pada hari Selasa. Pihak berwenang Iran mengumumkan bahwa investigasi yang ketat telah diluncurkan terhadap pembunuhan yang ditargetkan terhadap Haniyeh di ibukota dan hasilnya akan segera diumumkan.  

Republik Islam tersebut telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional atas meninggalnya pemimpin perlawanan Palestina tersebut. 

Kelompok-kelompok Palestina telah mengutuk pembunuhannya dengan sangat keras, dan bersumpah untuk membuat mereka yang berada di balik pembunuhan tersebut membayar harga atas tindakan keji tersebut.  

Haniyeh, 62 tahun, lahir di sebuah kamp pengungsi di dekat Kota Gaza dan bergabung dengan Hamas pada akhir tahun 1980-an saat Intifadhah Pertama.

Ketika Hamas semakin berkuasa, Haniyeh naik pangkat dan ditunjuk sebagai bagian dari “kepemimpinan kolektif” pada tahun 2004 dan mencapai jabatan tertinggi Hamas pada tahun 2017. Tiga putranya terbunuh dalam serangan udara Israel di Gaza pada bulan April. [Red]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com