INDOPOLITIKA.COM – Ceramah aktris Oki Setiana Dewi yang diduga menormalisasi praktik Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) beredar luas di media sosial dan menuai kecaman dari berbagai pihak.

Tak tanggung-tanggung kritik itu datang dari organisasi terbesar di Indonesia yakni PBNU. Ketua PBNU Alissa Qotrunnada Wahid mengaku sangat menyayangkan isi ceramah Oki yang kini viral di Twitter tersebut. Alissa menegaskan kekerasan tak boleh ditutupi.

“Saya menyayangkan pemilihan contoh itu, karena sependek yang saya tahu Mbak Oki itu kan sedang membahas tentang bagaimana sebagai perempuan kita itu jangan mudah mengumbar aib keluarga termasuk aib suami, kan begitu message-nya,” kata Alissa Wahid kepada wartawan, Kamis (3/2/2022).

“Tetapi karena pemilihan kasusnya salah itu, jadi perspektif dasarnya Mbak Oki jadi muncul bahwa KDRT, pemukulan yang dilakukan oleh laki-laki kepada istri itu aib, padahalnya yang aib itu memukulnya, bukan menceritakannya,” sambungnya.

Alissa mengatakan bahwa Islam mengajarkan agar suami memperlakukan istri dengan baik dan layak. Jadi kalau seorang suami memperlakukan tidak baik maka tidak harus ditutup-tutupi karena itu merupakan sebuah aib.

“Laki-laki memukul perempuan itu aib, nggak boleh, dosa. Dalam Al-Qur’an itu sudah diperintahkan untuk memperlakukan istri, suami itu memperlakukan istri dengan baik, perintahnya begitu ‘perlakukanlah istrimu dengan ma’ruf, dengan layak’. Jadi kalau kekerasan tidak sepantasnya kemudian itu ditutup-tutupi hanya untuk menjaga harga diri suami,” tutur dia.

Mantan Sekretaris Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) PBNU itu menyebut bahwa berpura-pura tak ada kekerasan dalam rumah tangga tidak lantas membuat suami berubah. Alissa kemudian menjelaskan dari sisi psikologis.

“Yang kedua memang menyampaikan pesan bahwa berpura-pura tidak ada kekerasan itu akan membuat laki-laki jatuh sayang dan berubah itu, saya ini bicara sebagai psikolog ya, konselor perkawinan dan juga tim yang mengembangkan konsep keluarga masalah Nahdlatul Ulama dan program bina keluarga sakinah Kementerian Agama, saya bisa mengatakan dari pengalaman saya mengkonsul pasangan suami istri itu tidak ada laki-laki yang kemudian merubah menjadi berhenti memukul karena istrinya menutupi dan menerima dipukul, itu tidak,” sebutnya.

Alissa mengatakan bahwa laki-laki berhenti melakukan kekerasan seksual ketika dia mengalami pergeseran paradigma atau cara pandang. Salah satunya, kata Alissa, laki-laki tersebut memahami bahwa memukul istri itu tak boleh menurut agama.

“Jadi misalnya kemudian dia belajar memukul istri itu tidak boleh menurut agama, itu akan membuat orang bisa berpikir beberapa kali. Atau kalau istrinya kemudian berdaya dan mengatakan bahwa ‘stop saya tidak bisa menerima perilaku seperti ini, dan kalau kamu tidak berubah, ya kita lebih baik berpisah’ itu bisa laki-laki berubah. Tapi kalau, justru dengan mendiamkan nggak ada,” tuturnya

Selain itu, Alissa menyoroti contoh kisah dalam ceramah Oki Setiawan Dewi itu. Dalam kisah yang disampaikan Oki, bahwa istri berbohong kepada ibunya, alasan dia menangis lantaran rindu, bukan karena habis dipukul oleh suami.

Menurut Alissa, seharusnya istri mencarikan permasalahan yang sebenarnya kepada orang tua. Dia menilai berbohong kepada orang tua adalah dosa.

“Kalau tidak diumbarnya saya setuju, tidak diumbar terus nyerocos ke sana kemari hanya sebatas nyerocos itu saya tidak setuju, tetapi ketika di dalam ceramah itu Mbak Oki menyampaikan bahwa si istri ini kemudian berbohong kepada orang tuanya ‘demi’ itu salah sekali, salah sekali,” sebutnya.

“Dia bisa mengatakan bahwa saya sedang ada masalah dengan suami saya, dan saya menangis karena bertengkar, itu bisa. Tidak kemudian berbohong, itu dua kali loh dosanya tuh, berbohong kepada orang tua itu dosa. Yang kedua juga menutupi kejahatan, kekerasan juga dosa, tidak akan membantu orang menjadi lebih baik,” pungkasnya.[fed]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com