INDOPOLITIKA.COM – Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menunjukkan rasa tidak sukanya terhadap sosok Presiden baru Iran, Seyyed Ebrahim Raisi. Suksesor Netanyahu itu bahkan menyebut Ebrahim sebagai ‘algojo’.

Terpilihnya Ebrahim digambarkan Naftali sebagai sinyalemen bahwa Iran akan melanjutkan program nuklir Teheran. Komentar Naftali Bennett ini sendiri disampaikan selepas Ebrahim dinyatakan unggul dalam pemilihan Presiden Iran kemarin.

Seperti diketahui, Ebrahim Raise yang menjabat Ketua Pengadilan terpilih sebagai Presiden Iran pada Sabtu (19/6/2021) dengan raihan 62 persen suara. Ebrahim pernah dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat diduga atas keterlibatannya dalam eksekusi massal ribuan tahanan politik pada tahun 1988, pada akhir perang Iran-Irak. Namun, Raisi belum berkomentar secara khusus tentang hal ini.

“Dari semua orang yang bisa dipilih (Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei), dia memilih algojo Teheran (Ebrahim Raise), pria yang terkenal di antara orang Iran dan di seluruh dunia karena memimpin komite kematian yang mengeksekusi mati ribuan warga Iran yang tidak bersalah selama bertahun-tahun,” sesal Bennett seperti dilansir dari Aljazeera, Senin (21/6/2021).

“Orang-orang ini adalah pembunuh, pembunuh massal. Rezim brutal tidak boleh diizinkan memiliki senjata pemusnah massal yang memungkinkannya untuk tidak membunuh ribuan, tetapi jutaan orang,” katanya.

Israel telah lama menyatakan bahwa mereka menentang program nuklir musuh bebuyutannya Iran dan mengatakan akan mencegah Teheran memperoleh senjata nuklir. Sementara Iran menegaskan program nuklirnya dimaksudkan untuk tujuan damai.

Awal bulan ini, kepala intelijen Israel Mossad memberi isyarat bahwa Israel berada di balik serangkaian serangan baru-baru ini yang menargetkan program nuklir negara itu. [ind]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com