INDOPOLITIKA – PDIP merayakan ulang tahunnya yang ke-52 dengan acara yang penuh makna di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Momen spesial tersebut ditandai dengan pidato politik dari Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Selain dihadiri oleh petinggi partai seperti Ketua DPP PDIP Puan Maharani, Bendahara Umum PDIP Olly Dondokambey, dan Gubernur Jakarta Pramono Anung, acara ini juga diwarnai dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan Megawati, di mana potongan pertama diberikan kepada Sidarto Danusubroto, anggota Dewan Pertimbangan Presiden era Joko Widodo.
Berikut ini adalah lima poin utama dari pidato Megawati yang penuh semangat:
1. Ucapan Terima Kasih kepada Prabowo
Megawati menyampaikan apresiasi kepada Presiden Prabowo Subianto atas tindakannya yang mencabut TAP MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 yang selama ini menuduh Bung Karno sebagai pengkhianat. Ia menilai langkah tersebut sebagai momentum penting untuk rekonsiliasi nasional dan mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang mendukung pemulihan nama baik Bung Karno.
“Kebijakan pimpinan MPR dan Presiden Prabowo tersebut harus menjadi momentum rekonsiliasi nasional,” ujar Megawati.
2. Kritik KPK
Megawati tidak segan mengkritik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dinilai hanya fokus pada kasus Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, sementara banyak kasus lainnya yang tidak mendapat perhatian serupa.
Ia mempertanyakan mengapa kasus-kasus lain yang sudah menetapkan tersangka tidak mendapat sorotan yang sama.
“KPK mosok enggak ada kerjaan lain, yang dituding yang diubrek hanya Pak Hasto,” tegas Megawati dalam pidatonya.
3. Bantah Isu Keretakan Hubungan dengan Prabowo
Megawati dengan tegas membantah adanya spekulasi yang menyebutkan hubungannya dengan Presiden Prabowo Subianto sedang tidak baik. Ia menegaskan bahwa hubungan mereka tetap solid sebagai sesama ketua umum partai. Dalam pidatonya, Megawati juga menyebutkan bahwa Prabowo sangat menyukai nasi goreng buatannya dan sempat meminta agar ia memasak kembali hidangan tersebut.
4. Kebersamaan dengan Puan Maharani
Momen kebersamaan antara Megawati dan Puan Maharani sangat terlihat saat keduanya bergandengan tangan saat memasuki lokasi acara. Hal ini menonjolkan kedekatan dan keharmonisan antara mereka sebagai pemimpin partai. Megawati duduk di kursi yang telah disediakan dengan Puan di sisi kirinya dan Prananda Prabowo di sisi kanannya.
5. Candaan Soal Posisi Ketua Umum
Megawati juga menyampaikan candaan terkait adanya pihak-pihak yang menginginkan posisinya sebagai Ketua Umum PDIP digantikan.
Ia menegaskan bahwa dirinya tidak tertarik untuk tetap menjabat jika kader-kader partainya tidak menunjukkan semangat. Sambil bercanda, Megawati meminta pendapat para kader mengenai calon yang akan menggantikannya dan menyatakan tidak akan mendukung jika mereka tidak antusias.
“Katanya minta saya (jadi) ketua umum lagi, tapi nek anak buahku ngene wae, emoh (kalau anak buah saya seperti ini, tidak mau),” candanya, yang kemudian disambut dengan tawa dari hadirin.
Pidato Megawati yang dipenuhi dengan semangat dan humor ini menjadi pengingat pentingnya kebersamaan dan komitmen terhadap perjuangan rakyat dalam tubuh PDIP.
Momen perayaan ini bukan hanya sekadar ajang perayaan ulang tahun, tetapi juga menjadi saat untuk merenung dan mempererat solidaritas di dalam partai. (Chk)
Tinggalkan Balasan