INDOPOLITIKA – Kasus tuberkulosis (TBC) di DKI Jakarta mengalami lonjakan tajam dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data yang dibagikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui akun Instagram resminya, @dkijakarta, pada Jumat (24/10/2025), tren penemuan kasus TBC terus meningkat secara signifikan.

Pada tahun 2022, tercatat 45.861 kasus atau naik sekitar 102%. Angka ini kembali meningkat pada 2023 menjadi 60.420 kasus (naik 112%).

Meskipun pada 2024 sempat menunjukkan sedikit penurunan dengan 66.072 kasus (94%), hingga 20 Oktober 2025 jumlah kasus yang terdeteksi sudah mencapai 45.568 (65%).

TBC atau tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini umumnya menyerang paru-paru, namun dapat pula menyebar ke organ lain seperti tulang, otak, maupun ginjal.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menegaskan bahwa TBC dapat disembuhkan sepenuhnya, asalkan penderita disiplin menjalani pengobatan dan rutin mengonsumsi obat sesuai anjuran tenaga kesehatan.

“Kelompok yang paling berisiko tertular TBC adalah mereka yang sering berinteraksi dengan penderita TB. Selain itu, anak-anak, penderita HIV/AIDS, lansia, pengidap diabetes melitus (DM), serta perokok aktif juga memiliki risiko lebih tinggi,” tulis akun @dkijakarta.

Adapun beberapa gejala utama TBC yang perlu diwaspadai masyarakat antara lain:

– Batuk terus-menerus, baik berdahak maupun tidak;
– Demam ringan berkepanjangan;
– Sesak napas dan nyeri dada;
– Penurunan berat badan;
– Dahak terkadang bercampur darah;
– Hilang nafsu makan;
– Keringat malam berlebih meski tanpa aktivitas berat.

Pemerintah mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan bila mengalami gejala-gejala tersebut. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat menjadi kunci utama untuk memutus rantai penularan TBC di ibu kota. (Nul)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com