INDOPOLITIKA – Dalam momentum peringatan Hari Santri Nasional, Anggota DPRD Kabupaten Tangerang dari Fraksi PKB, M. Rapiudin Akbar, Lc, membagikan refleksi perjalanannya sebagai santri yang kini mengabdi di jalur politik.
Melalui kisah yang ia sebut “Sepenggal Perjalanan”, Rapiudin mengajak generasi muda untuk meneladani semangat belajar dan pengabdian santri di setiap lini kehidupan.
“Perjalanan ini memang belum seumur jagung. Tapi separuh pertama hidup saya dihabiskan sebagai santri,” ujar Anggota DPRD Kabupaten Tangerang dari Fraksi PKB, M. Rapiudin Akbar memulai kisahnya.
Ia mengenang masa- masa awal menuntut ilmu di Pondok Pesantren Daarul Falah, tempat ia belajar bukan hanya ilmu, tetapi juga adab yang kini menjadi fondasi pengabdiannya.
Dari pesantren di pinggiran utara Kabupaten Tangerang, takdir kemudian membawanya jauh ke luar negeri. Dengan doa orang tua dan guru tercinta, Rapiudin mendapat kesempatan langka untuk menimba ilmu di Universitas Al-Azhar, Mesir, salah satu pusat peradaban Islam dunia.
“Sesuatu yang tak pernah terbayangkan, bahkan untuk sekadar berkhayal pun saya tak berani,” tuturnya.
“Dari desa kecil di utara Tangerang menuju tempat termasyhur ribuan kilometer jauhnya, itu semua karena berkah doa dan keberkahan pesantren.”
Selama menempuh studi di Mesir, ia banyak belajar dari berbagai tokoh dan literatur keislaman. Salah satu sosok yang paling menginspirasi baginya adalah Tuan Guru Bajang (TGB), tokoh nasional dan alumni Al-Azhar yang menjadi panutan banyak santri Indonesia.
“Seperti santri lainnya, kita semua punya role model. Bagi saya, TGB adalah sosok itu,” ungkapnya.
“Saya sering menyebut nama beliau dalam berbagai kesempatan, baik saat belajar maupun ketika bertemu sesama mahasiswa Indonesia di Mesir.”
Sepulang dari perantauan, Rapiudin melanjutkan pengabdian di tanah kelahiran. Ia dipercaya menjadi wakil rakyat di DPRD Kabupaten Tangerang — peran yang ia sebut sebagai “anugerah sekaligus amanah berat.”
Dalam perannya, Rapiudin tetap membawa nilai-nilai santri dengan gagasan konkret untuk kemajuan pesantren dan pendidikan Islam.
Salah satu program yang telah ia inisiasi adalah Beasiswa Daerah bagi Santri. Program ini bertujuan membuka akses pendidikan tinggi bagi santri berprestasi, termasuk kesempatan kuliah ke luar negeri.
“Tahun pertama kami berhasil memastikan 20 santri kuliah ke luar negeri tanpa biaya. Tahun depan, insyaallah bertambah menjadi 50 orang — ke Mesir, Cina, dan Malaysia,” ungkapnya.
Meski mengakui masih banyak yang harus dilakukan, Rapiudin menegaskan bahwa khidmat kepada santri harus terus diupayakan. Ia mengajak seluruh santri untuk terus berperan aktif dalam pembangunan bangsa.
“Selamat Hari Santri Nasional. Mari terus diaspora, mengisi semua lini, dan mewarnai kehidupan dengan tradisi pesantren,” serunya.
Sebagai bentuk komitmen lanjutan, Rapiudin juga tengah menyiapkan program baru bernama Pojok Literasi Santri atau Klinik Santri — pusat kajian dan referensi bagi penelitian para santri.
“Insyaallah, awal tahun 2026 akan kami launching secara resmi oleh K.H. Ma’ruf Amin,” ujarnya optimis.
“Program ini kami dedikasikan untuk penguatan intelektual santri dan menjadi pusat literasi terbesar di Banten.”
Bagi Rapiudin Akbar, Hari Santri bukan hanya perayaan simbolik, melainkan momentum refleksi untuk meneguhkan peran santri dalam membangun peradaban bangsa dengan ilmu, adab, dan pengabdian tanpa batas.(Red)


Tinggalkan Balasan